Rabu, 19 Juli 2017

Pesta Seks di Surga?

Dua hari lalu sebelum pulang kantor, tiba-tiba Kak Farida (sesungguhnya namanya Farid, berjenis kelamin lelaki, namun saya terlanjur nyaman biasa memanggilnya Kak Farida -___- ) bertanya pada saya
"Li, kenapa ya di surga cuma dijanjikan bidadari buat lelaki? wanita dapat apa?"
Saya terdiam beberapa detik lalu ketawa.
"Beneran Kak Farida gak tau??"
"Lha memangnya kamu tau? Kenapa?"
*rolling eyes* "Ye karena lelaki itu makhluk visual kak Faridaa... Wanita endak."
Dia mengerutkan dahi lalu lanjut browsing-browsing dari ponselnya.
"Sek sek...iki lho... onok... tak wocoe sek..."
Saya nunggu, mem pending niat untuk finger print dan pulang
"Eh, gak enek jawabane ding... cuman gini aja..." dia nyengir. Hidung saya ngembang ngempis, merasa benar.
"Tuh kan... kak Farida... Lelaki itu... MAKHLUK VISUAL," sayang obrolan kami terhenti karena seorang sesuatu hal tiba-tiba datang -___- "

Kemudian malemnya pas buka twitter ramailah twitland perkara seorang ustadz yang mengatakan "kenikmatan terbesar yang diberikan Allah di surga...adalah...pesta seks"
Netijen berramai-ramai membully, mengolok-olok ustadz tersebut.

"emang ustadz mesum sih...kepala isinya begonoan aja..."

saya ngakak. Lumayan lah menutupi rasa geram saya setelah liat berita pembullyan teman sendiri oleh mahasiswa yang harusnya otaknya berstandar SNI untuk menyandang gelar "Maha Siswa".

People. Please.

Lebih dari 5 detik lelaki melihat seperangkat wanita lengkap dengan kemolekannya dari kepala sampai kaki, akan otomatis menekan tombol "on" kelelakian mereka.

Emangnya wanita ndaak??

Ndak. Wanita butuh diapa-apain dulu biar tombol "kewanitaan" mereka nyala.

Lelaki selalu menyukai wanita cantik. Selalu. Jikapun mereka berhasil memperistri 10 wanita cantik, semlohai, putih, mulus tidak akan menghentikan keinginan mereka untuk di kemudian hari memperistri seorang wanita cantik (dengan sudut pandang lain lagi), ceking atau gendut, hitam, pendek atau tinggi menjuntai, tidak mulus, dan seterus-terusnya.

ini penelitiannya :
http://health.detik.com/read/2013/06/27/145933/2286046/763/ini-sebabnya-pria-jelalatan-saat-melihat-wanita

Mungkin sudah kodrat lah ya. Secara pejantan adalah makhluk yang ditakdirkan Allah untuk melakukan pembenihan demi kepentingan regenerasi umat manusia. Sedangkan betina adalah wadah pembenihan itu sendiri.

Kembali kepada dakwah ustadz tadi. Pesta seks di surga.
Setelah saya kepo in ustadz tersebut, ternyata beliau masih lajang. Saya jadi maklum.

Ya wajarlah kalau kalimat tersebut terucap dari seorang jomblo yang belum pernah "tersalurkan". Bahkan mungkin saking terakumulasinya menahan panggilan alam itu, membuat beliau halu. Ditambah dengan profesinya sebagai da'i yang kerap mengiming-imingkan kenikmatan surga agar jamaahnya menjadi sregep untuk berbuat kebaikan supaya masuk surga, semakin halu lah beliau akan nikmatnya bersama bidadari-bidadari surga. Sedangkan di dunia beliau harus ghodul bashar (jaga pandangan) terhadap bidadari-bidadari dunia.

Bayangkan. Lelaki. Jomblo. Masuk surga. Bersama bidadari-bidadari. Gak cuma satu loh bidadarinya. Dan dihalalkan berbuat sesukanya. Termasuk pesta seks. Ya gimana gak haluuuu... (by the way, halu adalah kependekan dari halusinasi)

Yang membuat tidak wajar hanyalah, kata-kata itu terucap dari seorang da'i yang lagi dakwah di depan banyak orang. Masuk tipi lagi. Coba saja kata-kata itu diucapkan oleh seorang survivor Jomblo, sebut saja namanya si Otong. Si Otong ini anak yg alim, pinter ngaji, berbakti sama orang tua, lulusan pondok, apa coba yang kurang dari dia? Jomblo tentu saja. Keseharian si Otong ini hampir sempurna. Dia suka berbuat kebaikan, ibadahnya sregep, demi pengen masuk surga seperti kebanyakan orang. Salah satu motivasinya masuk surga adalah ketemu bidadari-bidadari yang halal buat dia. Salah?
Apa karena motivasinya itu kemudia jadi rusaklah semua kebaikan-kebaikan dan ibadahnya?

Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan,
فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ
Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (HR. Muslim no. 181).


Sumber: https://muslim.or.id/22047-kenikmatan-melihat-wajah-allah.html



Nah, kalau udah resmi jadi penghuni surga, sanjangipun baginda Rasul nanti bisa ngerti kalau ternyata nikmat paling nikmat adalah memandang wajah Nya.

Jadi, janganlah tertawakan seorang penghuni dunia yang sedang halu kenikmatan surga. Karena kita bukanlah penghuni surga yang udah resmi.




Kamis, 13 Juli 2017

Berpulang

Saya baru saja memasuki ruangan, menengok hape, mendapati ada missed calls dari teman saya. Saya menelponnya balik, dan dia dengan terbata mengabarkan bahwa teman kami meninggal dunia. Teman satu kamar ketika diklat prajab tahun lalu. Saya terduduk lemas.

Ingatan saya menjenguk setahun yang lalu. Ya, tepat bulan ini setaun yang lalu. Ketika Diklat Prajabatan PNS se Provinsi Jawa Timur di Asrama Haji Surabaya.
Mbak Herty, namanya. Teman sekamar dari kontingen Pemkab Bojonegoro. Dulu, kami sekamar cuman bertiga. Aku, Mbak Arum dan Mbak Herty. Kami mengklaim bahwa kami bertiga adalah kelompok anak yang tersisihkan. Ketika yang lain berebut kuota delapan orang dalam satu kamar, kami bertiga adalah orang paling woles dan nedho nerimo, ga ikutan heboh berebut sekamar dengan siapa-siapa. Jadilah kami,sisa tiga gelintir dari kontingen Pemkab Kediri dan Pemkab Bojonegoro, dikumpulkan dalam satu kamar.

Tapi siapa sangka, akhirnya sekamar hanya bertiga saja ini menjadikan hari-hari kami sangat menyenangkan. Jika kamar lain berebut untuk mandi duluan dini hari, kami malah saling tunjuk siapa yang harus mandi duluan. Belum lagi gudang makanan portable kepunyaan Mbak Arum yang saat itu tengah hamil tua, memungkinkan kami selamat dari bencana kelaparan di tengah malam. Seharian lelah apel-belajar-baris-belajar-baris-belajar lagi-baris panas-panas lagi, malam-malam kita habiskan dengan saling bercerita, saling menggoda, saling lebih mengenali kebiasaan-kebiasaan aneh masing-masing dari kami. Kami pun menamai diri kami Marilyn Ponroe. Ponroe adalah plesetan dari Porno. Karena kami bertiga sudah tidak malu-malu lagi ketika melakukan aktivitas yang agak porno di kamar. Ganti kostum daster.

Dan pagi tadi kabar duka itu datang. Aku dan Mbak Arum saling meratapi di telpon. Tidak tau harus bagaimana lagi selain mendoa. Kaget. Saya juga kaget kenapa saya harus kaget. Bahwasanya kematian itu keniscayaan, saya tahu pasti. Bahwasanya saya juga akan mengalaminya, saya tahu pasti. Bahwasanya orang-orang yang saya cinta dan kasihi juga akan mengalaminya, iya, itu juga keniscayaan.

Berpulang. Ini semua hanya sementara. Kegiatan saya mengetik tulisan ini. Celoteh-celoteh saya. Prasangka. Sikap. Senyum saya. Tawa saya. Ngersulo saya. Masalah saya.

Saya jadi kangen semuanya. Jagad. Ayah. Ibu. Neng Dina, Rizka. Bapak Ibu Jombang. Saudara-saudara saya. Teman-teman saya. Sahabat-sahabat saya.
Suami saya.
Saat ini saya sedang berselisih paham dengan dia. Dia sudah mengultimatumkan gencatan senjata, tapi saya yang enggan. Saat ini saya ingin memeluknya. Saat ketika sadar bahwa saya hanya sementara.

Berpulang. Kembali kepada yang hakiki. Bertelanjang. Menanggalkan semua. Jajanan yang enak, Filem yang seru, Asiknya kebersamaan dengan teman-teman, Syahdunya bermesraan dengan kekasih, Lucunya mengamati perkembangan buah hati, Nyamannya bermanja di pangkuan ibu, Sebel tapi sayangnya digodain Ayah, rasa marah pada teman, semuanya.
Semuanya.
Hampir semuanya.
Kecuali, Jejak laku kita.

Sugeng Tindak Mbak Herty.

Selasa, 18 April 2017

sebuah rindu

Saya menyesal menulis ini dalam keadaan merindukanmu setelah mendengar kabar duka darimu Yong. Juga kabar "duka" lain yang kapan hari kau bilang. Tentang keputusan besar yang akan kamu ambil.

Setelah mendengar "cerpen" mu yang dikebiri jadi satu kalimat itu, saya jadi sering kepoin sosmed kamu. Dan saya belum menemukan apa-apa. Karena itulah saya semakin rindu. Ingin ketemu kamu.

Kita. Berdua. Meringkuk di kasur kamar saya. Seharian. Bertukar isi kepala.

Saya rindu kamu Yong.

Saya jadi sebal pada diri saya sendiri. Seharusnya waktu itu saya utarakan saja. Ada beberapa file yang tersimpan rapi di brankas ingatan saya. Mungkin kamu bisa mempertimbangkan waktu itu. Tapi kamu sedang berbahagia. Saya bisa apa. Kekhawatiran saya tidak sebanding dengan kebahagiaan kamu.

Saya rindu kamu Yong. Semoga kita bisa segera bertemu. Lalu kencan ke Gramedia?

Rabu, 27 Februari 2013

Mohammad Mahfud M.D (kuis #bukuMMD)



Saya ingin mengemukakan pemikiran saya tentang sosok Pak Mahfud MD. Namun, saya tak ingin mengemukakan pemikiran tersebut tanpa dasar. Jadi berikut saya ambil contoh satu kasus saja dimana Pak Mahfud MD telah "memperkenalkan sosoknya" pada pemikiran saya.

Saya baru menyaksikan sosok Pak Mahfud dalam durasi cukup lama dengan pernyataan-pernyataannya yaitu pada acara ILC pertengahan November tahun 2012 lalu. Dalam acara tersebut, Pak Mahfud menjadi narasumber utama karena pernyataan kontroversialnya "jangan-jangan mafia narkoba entah dengan cara bagaimana menyusup ke istana". Pernyataan yang tak urung mendapat respon yang sangat reaktif dari beberapa menteri itu hanya ditanggapi dengan tenang oleh beliau. Ketika Pak Mensesneg menyatakan "...itu tuduhan yang sangat keji dan tanpa bukti," pada kesempatan di ILC Pak Mahfud menjawab begini,
"Saya tidak menuduh... itu pernyataan saya di hari kelima setelah heboh grasi Ola. Saat ditanyai itu saya di seminar. Sebagai ilmuwan tentu harus ilmiah. Saya bilang, jangan-jangan betul dugaan masyarakat dan juga saya, ada mencoba melindungi ini. Silahkan bisa diputar ulang pernyataan saya yang sering diberitakan itu. Itu berasal dari dugaan yang kemudian melahirkan hipotesis. Dugaan sendiri berasal dari fakta kan. Dan faktanya adalah, pertama, presiden memberi grasi. Kedua, padahal pengadilan negeri hingga Mahkamah Agung telah menolak memberi grasi kepada terpidana Ola karena dia telah dinyatakan sebagai jaringan, tidak hanya kurir. Terakhir, kita tau bahwa belakangan ada kurir narkoba yang tertangkap dan dia mengaku bahwa dia berada di bawah naungan Ola yang masih di lapas. Nah, itu semua adalah fakta. Jadi, yang masyarakat butuhkan adalah akuntabilitas publik yang transparan. Grasi adalah hak prerogatif presiden. Saya sendiripun kurang setuju jika grasi yang sudah sah secara hukum itu harus dicabut dan meskipun, hal itu bisa saja. Saya tak menolak grasi tersebut, tapi alasannya yang masuk akal dong. Kita ini kan negara demokrasi, rakyat berhak tau dong kebijakan pemerintahnya,"

"Salah besar kalau bilang masyarakat ribut karena pernyataan saya. Itu saya bilang di hari ke-5. Hari-hari sebelumnya sudah heboh grasinya Ola kok" Nice!!

Pun, ketika Pak Mensesneg menyatakan pernah melaporkan MK yang pernah melanggar UU dan dilakukan pengabaian terhadap hal itu, dengan lantang Pak Mahfud berkata,
"Saya tunggu sampai besok (Rabu, 14/11/2012) jam 7 pagi  jika benar terbukti seorang Sudi Silalahi pernah melaporkan kepada saya tentang pelanggaran Undang-Undang di tubuh MK kapan dan dimana melaporkannya, saat itu juga saya akan mundur tetapi bila tidak terbukti , saya menantang Sudi Silalahi untuk mengundurkan diri. Silahkan wartawan kembangkan berita ini !!”
Wah, saya terpesona. Haha..
Pak Mahfud dengan berani dan lantang mengungkapkan rasa penasaran masyarakat yang tak habis pikir dengan grasi Ola. Dan dengan cerdasnya beliau menyatakan bahwa dugaan itu adalah ilmiah, tak sekedar gosip tanpa rujukan. Sebaliknya, ketika  beliau diserang pernyataan bahwa pernah ada pengabaian laporan dari Pak Sudi tentang MK yang pernah menyalahi UU, dengan tegas dan lantang Pak Mahfud memposisikan dirinya sebagai Ketua MK menantang Pak Sudi dengan mempertaruhkan jabatannya.
Jadi, sosok Pak Mahfud yang saya tangkap dari kasus heboh grasi Ola saat itu adalah kombinasi yang hebat dari seorang pejabat publik, ahli hukum, ilmuwan dan sekaligus rakyat yang cerdas.
Alasan mengapa saya harus mendapat Buku Biografi Pak Mahfud MD Terus Mengalir plus dengan tandatangan eksklusif beliau adalah :
1. Tak harus dapat, tapi jika tulisan saya ini bagus dan menarik menurut Pak Mahfud, tentu saja saya berhak dapat. hehee ^__^
2. Saya aseli Jember, sama seperti Bu Yatie Istri Pak Mahfud. Kakek Nenek saya aseli Madura, sama seperti Pak Mahfud. Yah, siapa tau itu bisa menjadi nilai plus buat sayaa... hahaa ^__^
3. Saya mengidolakan Pak Mahfud, bahkan dalam mengikuti kuis inipun saya mencontoh Pak Mahfud yang selalu memberi hipotesis dengan disertai fakta.

Terimakasih Pak Mahfud, dan Terus Mengalir...

Selasa, 02 Oktober 2012

Bumi Manusia

Bumi Manusia. Kedua kata itu ku kenal lewat tulisan seorang sastrawan yang mendadak ku kagumi setelah membacanya. Pramoedya Ananta Toer. Novel yang membuatku menangis termohek-mohek. Tentang yang menjajah dan terjajah, tentang yang berpasrah dan berlawan, tentang adat kebiasaan dan modernitas, tentang manusia. Karena semua cerita adalah tentang manusia katanya. Walau itu bertokoh hewan, para dewa, tapi sebenarnya semua tentang watak manusia. Pengetahuan, pola pikir, berkembang setelah membaca novel itu. Tentang usaha keras seorang bukan siapa-siapa yang kemudian menjadi siapa saja. Nyai Ontosoroh namanya dalam cerita itu. Yang kemudian akupun mengagumi sosok fiksi itu.
Lalu suatu hari, aku berada dalam perjalanan menuju Surabaya. Mencari kerja tentu saja, apa lagi. Perjalanan dengan naek kereta api dari stasiun Jember. Selama perjalanan, tak mampu ku pejamkan mata, walaupun aku berusaha untuk bisa tertidur. Merem ternyata tak membuahkan hasil. Akhirnya kutempelkan hape yang tak ber headset untuk mendengar musik. Aku berada di kursi paling pinggir dekat jendela, jadi aku bisa menyaksikan pemandangan di luar kereta. Melihat manusia, bangunan, persawahan, sungai. Tiba2 teringat dua kata yg kusebut di awal tulisan ini. Bumi Manusia. Ya, tentu saja, ternyata setelah ku amati, bumi ini memang tentang manusia. Bukan tentang pepohonan yang menjadi tiang promosi yang ditancapi tulisan “jasa sedot wc” atau “jasa cuci sofa”. Bukan tentang sungai berwarna cuklat yang menjadi tempat buang hajat. Bukan tentang kambing yang digembalakan untuk kesejahteraan penggembalanya. Bukan tentang kucing yang berkeliaran. Pemandangan demi pemandangan ku saksikan. Rumah seadanya di pinggir rel kereta. Benar-benar seadanya karena berdinding gedhek dan kardus beratap selapis seng tua. Kontras, ketika lalu ku saksikan gedung-gedung tinggi di Surabaya. Hypermall, rumah-rumah mewah. Ku saksikan tukang becak yang berhenti ketika kereta melaju memotong jalan. Kontras, dengan mobil mewah di sampingnya. Ku saksikan seorang ibu yang berwajah sinis dan menolak ketika seorang pengamen stasiun menyodorkan keranjang minta rupiah untuk suaranya. Kontras, detik selanjutnya kulihat dia ikut berdendang dengan bertepuk ketika pengamen itu telah pergi untuk menyodorkan keranjang ke lain orang. Kusaksikan berratus jobseeker di jobfair gramedia expo Surabaya. Kontras, dengan seorang terkasih di jauh sana yang sudah berpenghasilan namun di romusha tanpa libur dan attitude atasan yang tak terlalu baik. Dan masih banyak hal lagi yang ku lihat, dan yang terakhir yang masih hangat berputar di otakku. Seorang mas backpacker dengan ketulusannya meninggalkan tempat duduk kereta ketika ku salah jurusan dan dengan isyarat mengusir ku bilang memakai nada sinis “Permisi Mas!!”. Aku yakin mas tersebut tau bahwa aku salah kursi (bahkan salah naek kereta!) dan dia bangkit pergi tanpa mengecek kebenaran tiket kami apakah kursi itu memang hak kami. Sikap anggun lelaki macho yang tak dikenal itu, kontras…dengan sikap seorang yang dikenal, yang dulunya ku bilang teman yang melihat namun pura-pura tak melihat dengan melengoskan wajah dan bergegas pergi. Ah, manusia! Kusangsikan pepatah tak kenal maka tak sayang. Berkasih atau tidak itu tergantung pribadi yg mau membawakannya. Ah, manusia! Banyak ketimpangan yang kusaksikan. Banyak kontras yang ku saksikan. Bumi Manusia yang mampu kau urai dengan pandangan detailmu, dengan luangan detikmu, dengan halusnya rabamu, akan meng kayakan pikirmu, meluaskan syukurmu. Tentang yang sedang kau dapati, dan yang telah berlalu usai.